Kemunduran perdagangan Nanban Perdagangan Nanban

Setelah negara berhasil diamankan dan dipersatukan oleh Tokugawa Ieyasu pada tahun 1603, Jepun ternyata semakin menutup diri dari dunia luar, terutama kerana semakin menguatnya pengaruh agama Kristen.

Pada 1650, kecuali untuk pos perdagangan bagi Belanda di Dejima, Nagasaki, dan beberapa perdagangan dengan Cina, para orang asing menjadi subyek atas hukuman mati, dan warga Jepun yang beralih menjadi Kristen menerima penganiayaan. Senjata api hampir sepenuhnya dihilangkan untuk kembali kepada senjata yang dianggap lebih "beradab", pedang. Berpergian ke luar negeri dan pembuatan kapal-kapal besar juga dilarang. Sejak saat itu di Jepun mulailah sebuah periode pengasingan yang damai, makmur, dan disertai dengan sedikit kemajuan, yang dikenal sebagai zaman Edo.

"Orang-orang barbar" tersebut 250 tahun kemudian akan kembali lagi setelah mereka memperkuat diri melalui proses industrialisasi, dan mengakhiri isolasi Jepun melalui pembukaan paksa perdagangan Jepun, oleh kedatangan armada militer Amerika Serikat di bawah pimpinan Komodor Matthew Perry pada tahun 1854.